Jumat, 05 Februari 2010

Ritme Kehidupan . . .



Ketika waktu menjadi sebuah ruang yang sempit. . .

aku memandangmu tanpa perlu menatap..
aku mendengarmu tanpa perlu alat..
aku menemuimu tanpa perlu hadir..
aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa

..

Tuhan jikalau takdir dapat kuputar..
mengapa dua kali aku dijatuhkan jarum yang sama
ketika jarum kecilnya menusuk, hingga ke dalam relung kalbuku
kecil..namun begitu menyakitkan..
hingga tak ada sepatah katapun muncul dari bibirku,
hanya meringis kesakitan..

Sesekali kuputar bola mataku
memandang takjub langit luas
hamparan keindahan kehidupan
sekedar meyakinkan bahwa aku tidak sendirian di dunia ini

Sudah jarang kau lihat aku menangis
hanya senyuman yang sekedar dipaksakan
antara duka, emosi jiwa dan cinta yang tak tertahankan
menghipnotis untuk segera menentukan kemana arah langkah akan kupijak

Tanganmu menggapaiku
bergerak bimbang untuk merengkuhku
sakit ini tak terobati..bukan untuk diobati
aku seharusnya memutuskan untuk bersamamu
karena aku menemukan tercerminnya suatu keutuhan hati,
bukan ketakutan akan sepi dan sendiri..

Kejujuran itu mungkin menjadi suatu dimensi lain
yang akan selalu terekam dalam benakku
detik-detik kau luapkan kejujuran yang menggores-gores hatiku
aku ingin berteriak
namun dimensi itu mengunci erat mulutku
aku hanya ingin berlari sekencang-kencangnya
mencari petunjuk jalan untuk mencari alternatif arah
belum juga kutemukan
dan ku hanya terisak dalam dekapmu...

Aku menunggu
menunggumu menyusun rangkaian kata dalam suatu komposisi indah
yang dapat membuatku kembali tersenyum penuh harapan
tidak ada kata terucap . . .
kaupun ikut terisak

Tuhan...aku merasa senyap dalam dimensi yang tak kuinginkan
begitu sesak..sempit..
hingga ku sulit bernafas..
sejenak ku merasa bertransformasi
menjadi mahluk kecil yang terlalu peka
terlalu lemah atas terpaan takdir....
sejak kapan, aku tak pernah mengerti..

Galau untuk sesuatu yang tak ada, sedih untuk sesuatu yang tak kutahu
ingin kutunjuk sesuatu yang bisa menjadi sebab, tak kutemukan apapun..
aku terpejam, sejenak bersembunyi dari kehidupan
seolah aku tak terlibat di dalamnya
bercakap dengan hati dan jiwaku yang mulai terasa kosong
segenap energi kukerahkan
berusaha bangkit dan berdiri kembali
menjadi sesosok mahluk kuat dan bermakna
membuat seluruh sel dan organ tubuhku beraktivitas dengan baik

Tersadar bahwa dunia terlalu indah untuk kupejamkan mataku
ku mencoba berdamai dengan hatiku
mencoba menterjemahkan takdir sebagai bagian dari kawan, bukanlah lawan..
kawan yang membuatku lebih kuat untuk melangkahkan kaki

Hidup menjadi sebuah fase pembentukan
dimana aku berjalan mengikuti ritme..
yang terkadang tak selalu manis..
tak ada alasan untuk terpuruk menjadi seorang mahluk putus asa

Mari berlari..
mari menari...
tetap dengan ritme yang sama
ritme ceria dan bahagia..


"Terkadang . . . menerima keadaan adalah pilihan terbaik . . . "



Bandung, 5 Feb 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar