Minggu, 25 April 2010

Tentang Seseorang

Dia yang mengatakan bahwa antara 'sayang' dan 'cinta' itu berbeda . . . .
pernyataan yang sedikit membuat saya berpikir, berarti memang dia tidak benar-benar merasakan apa yang saya rasakan...

Bagi saya, tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan pada dua kata itu secara harfiah, karena dua kata itu memiliki esensi yang sama, yaitu suatu keadaan dimana kita memiliki suatu perasaan peduli pada orang lain, rasa ingin melindungi, rasa ingin selalu bersama dan hal itu (sayang) bisa kita rasakan pada orang - orang terdekat kita misalnya keluarga, sahabat, dan tentunya kekasih... yang membedakannya bagi saya hanyalah bentuk dan kadarnya saja, rasa sayang saya pada orangtua mungkin berbeda dengan rasa sayang saya pada pacar, sesuatu yang tidak bisa saya compare, karena memang bentuknya berbeda. Sama halnya dengan rasa sayang kita terhadap tuhan yang tidak bisa kita bandingkan dengan apapun karena memang itu merupakan perasaan yang bersifat transidental, tidak dapat kita bandingkan dengan apapun juga

.

Maka dari itu, sering terjadi gejolak kebingungan yang luar biasa ketika sepasang kekasih memiliki problem keluarga, dimana sang ibu berkata 'pilih dia atau pilih ibu...?' wow.. pertanyaan yang tidak akan bisa terjawab, dan kebanyakan pilihan akhirnya adalah 'saya pilih ibu..' hal tersebut karena memang yang sudah ada sepanjang hidupnya adalah ibu, sejak membuka mata ke dunia sampai detik ini, ibu yang selalu ada, mana mungkin seseorang lebih memilih seseorang yang baru beberapa tahun dikenalnya, misalnya..

Terluka, ketika kita harus memilih mana yang lebih kita sayangi, karena saya tekankan sekali lagi perasaan sayang itu memiliki kadar dan bentuk yang berbeda. Seperti perasaan saya terhadap orang yang satu ini. Dia sudah memiliki space yang cukup luas di hati saya, sudah memiliki suatu bentuk yang membuat saya sulit berpaling, walaupun saya mencoba menghindari perasaan ini karena saya terlalu takut... banyak sekali ketakutan - ketakutan, yang mungkin hanya ketakutan imajiner saja...

Perlahan perasaan itu semakin matang saja, dan makin sulit diubah, ketika dia menghabiskan banyak pikiran dan hati saya (itu juga yang dia katakan kepada saya tentang diri saya). Tapi perlahan, mulai muncul suatu kondisi kontradiktif antara apa yang telah dia katakan dan apa yang kini saya rasakan.

Ketika dia sedang dalam masa 'menarik diri', yah saya tau pria memiliki fase menarik diri (dari buku mars and venus). Saya membiarkan dia larut dulu dalam dunianya sendiri, dan perlahan saya mulai belajar bahwa memang berbeda cara pria dan wanita dalam memproses masalahnya sendiri, saya mungkin akan lebih memilih untuk lebih banyak bersosialisasi, beraktifitas, dan melakukan banyak komunikasi positif dengan teman-teman (dan orang yang saya sayangi) untuk lebih meredam kegelisahan saya. Ternyata tidak halnya dengan dia yang lebih memilih untuk menarik diri, tanpa banyak kata-kata, cukup dengan kata 'saya lagi pengen seperti ini, kenapa, kamu tidak suka?'. Amazing sekali, betapa saya menterjemahkan itu sebagai 'kalau tidak suka ya sudah pergi saja' , walaupun sampai detik ini saya masih belum mengerti terjemahan yang sebenarnya. Dan saya hanya bisa berkata... lakukanlah apa yang bisa membuat kamu merasa lebih nyaman...

Walaupun dalam hati saya berhari - hari, banyak hal yang terlintas, kenapa harus mengesampingkan banyak hal. Yang saya inginkan dalam satu hubungan adalah ketika kita bisa benar-benar berbagi dalam suka maupun duka, walaupun terkesan klise tapi memang itulah yang selalu ada dalam gambaran saya. Karena saya juga bukan tipe wanita penuntut, saya akan selalu berusaha buat ada di samping orang yang saya sayangi, semampu saya, saya selalu merasa khawatir dengan dia, tetapi ketika dia memutuskan untuk sedang ingin sendirian, saya dengan berat hati melonggarkan semua perhatian saya. Jujur saya paling tidak tahan berada dalam posisi seperti itu, terkesan seperti memang ada jarak antara saya dan dia.

Setelah itu baru saya sadari, setelah beberapa pertanyaan saya ajukan, dan dia berkata ada suatu perbedaan antara cinta dan sayang, dan dia menanyakan perihal perasaan saya, dan saya jawab mantap saya sayang dan cinta kepada dia, dan dia berkata bahwa dia adalah mahluk proses, dimana dia memegang teguh bahwa segala sesuatu yang ada di dunia melalui proses. Saya hanya bisa menarik nafas panjaang... saya terdiam, dan malam itu saya melek sampai pukul 1 dini hari, memikirkan semua perkataan dia dan korelasi dengan semua hal yang sudah terjadi pada diri saya.

Ketika saya pertama merasakan kasih sayang dia pada saya, saya sangat yakin bahwa saya tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya, karena sebelumnya saya hanya merasakan hubungan yang perasaannya bersifat sentral di saya, sehingga ujung-ujungnya saya menjadi sakit hati, dan ketika saya bertemu dia, saya dengan bahagianya bercerita pada orang-orang bahwa 'i'm fallin in love', dengan seseorang yang saya rasa sangat menyayangi saya juga. Dan semua sahabat saya berkata hanya bisa mendoakan saya. Hari-hari saya sangat berbahagia, ceria, bahkan penuh dengan semangat dan optimisme karena saya lama tidak mengalami perasaan seperti ini..

Namun kini, entah kenapa terkadang saya menitikkan air mata hanya karena sepatah atau dua patah katanya yang mematahkan semangat saya. Entah kata-kata ini..itu..yang saya terjemahkan dengan lain, saya merasa seperti dulu lagi, merasa tidak berarti, dan saya harus mulai berdiri lagi... Yah, ketika saya benar-benar merasa yakin pada perasaan saya, dia mematahkan dengan semua ketidakyakinan dia pada saya. Saya hanya bisa pasrah pada keadaan. Karena saya memiliki prioritas, begitupun dia memiliki prioritas, dan perasaan saya pada dia akan selalu saya simpan sebagai hadiah atas keberhasilan saya menyelesaikan prioritas-prioritas saya nantinya, entah apakah dia memiliki tujuan yang sama dengan saya. Sekarang saya hanya ingin melakukan yang terbaik apa yang bisa saya lakukan, saya tidak ingin lagi berlebihan, saya mungkin tidak akan terlalu ekspresif, saya mungkin akan mengurangi sensitifitas perasaan yang membuat saya kadang ingin menangis, ingin putus asa, tetapi tidak boleh, hal tersebut pantang dilakukan. Saya percaya saya dan dia memiliki jalannya sendiri, saya juga tidak pernah tau apa dia akan memperjuangkan perasaan dia untuk saya, atau hanya sekedar menghentikan perasaan itu di batas kata 'sayang', (karena dia belum mencintai saya).


. . . Tentang seseorang yang sudah menghabiskan banyak tempat di hati dan pikiran saya...yang saya selalu ucapkan namanya dalam tiap doa saya...yang saya harapkan menjadi seseorang yang sukses mengejar harapannya, berhentilah berkutat dengan pikiran kamu sayang, karena dunia ini akan selalu dinamis . . .

2 komentar:

  1. tyaaaa..
    ini dalem banget..
    smangat terus, dear! :*

    BalasHapus
  2. thanks dear.. tetep semangat buat semuanyaa.. :)

    BalasHapus